Rabu, 02 Juni 2010 | By: oyil-5225.blogspot.com

MASA PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat pada zaman Nabi Muhammad SAW. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberikan contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide-ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan pada masa sekarang. Orang Mekah Arab yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha kegiatan Nabi mengIslamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan itu Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi SAW adalah seorang pendidik yang berhasil. Perubahan dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilan.
Maka pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Pendidikan Islam mengalami beberapa fase perkembangan seiring dengan perkembangan agama Islam itu sendiri. Dimulai dari pada masa Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjutkan pada masa Khulafaur Rasyidin, dan mencapai masa kegemilangan pada masa Khalifah-Khalifah yang memerintah Negara Islam silih berganti. Sampai akhirnya Islam mengalami kemunduran yang juga turut mempengaruhi pendidikan Islam. Kemudian pendidikan Islam mengalami masa kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik kembali dengan beberapa tokoh pembaharu Islam.


PEMBAHASAN


A. Pengantar
Setelah warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diterima oleh bagsa Eropa dari Islam dan umat Islam sudah tidak memperhatikannya lagimaka secara berangsur-angsur telah membangkitkan kekuatan di eropa dan menimbulkan kelemahan dikalangan umat Islam dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran.
Kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari Bangsa Eropa telah timbul mulai abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-Negara Eropa. Mereja mulai memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan mengirimkan utusan-utusan untuk mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Prancis dan didirikan sekolah-sekolah Militer di Turki pada tahun 1734 untuk pertama kalinya.
Dalam membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan, termasuk usaha-usaha dibidang pendidikan.
Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu kepada tema yang sama yaitu adalah:
1. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan kepada    Al-Qur’an, Hadist dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul, dan mistik.
2. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad dinyatakan ditutup.


B. Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah: (1) pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Eropa, (2) golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni, (3) usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.
1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan modern di Barat
Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.
Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya.
2. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
Disamping itu, dengan berhentinya perkembangan ilmu yang ditandai dengan penutupan pintu ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman. Pola pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.
Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.
Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Ajaran Islam sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.(10)
3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme
Golongan ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bbersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.


C. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam
Ada beberapa tokoh pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang akan Kami kemukakan, antara lain yaitu:
1. Jamaluddin Al-Afghani
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan Al-Afghani adalah didasari pada pendapatnya bahwa Islam adalah relevan pada setiap zaman, kondisi, dan bangsa. Untuk itu kemunduran umat Islam adalah karena tidak diterapkannya Islam dalam segala segi kehidupan dan meninggalkan ajaran Islam murni. Jalan untuk memperbaiki kemunduran Islam hanyalah dengan membuang segala bentuk pengertian yang bukan berasal dari Islam, dan kembali pada jaran Islam murni
2. Rasyid Ridha
Rasyid Ridha merasa perlu diadakan pembaharuan dibidang pendidikan, dan melihat perlu ditambahkannya kedalam kurikulum mata pelajaran berikut: teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan, bahasa asing, disamping fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain.
3. Muhammad Iqbal
Sama dengan pembaharu lainnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun dikarenakan kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis. Untuk memperbaharui Islam di segala bidang (termasuk pendidikan), maka diperlukan sebuah institusi penegak Hukum Islam yang menanungi seluruh umat Islam dalam sebuah naungan negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah.
4. Sultan Mahmud II
Upaya pembaharuan yang dilakukan Sultan Mahmud II merupakan upaya kelanjutan pembaharuan yang pernah dilakukan Sultan Ahmad III. Pemabaharuan dalam bidang pendidikan yang coba dilakukannya adalah dengan mencoba memperbaiki kondisi sistem pendidikan madrasah --yang pada saat itu hanya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama—dengan mencoba memasukkan ilmu pengetahuan umum. Namun, sebagaimana halnya di dunia Islam lainnya, sulit sekali bagi Mahmud II untuk mengadakan perubahan kurikulum di madrasah dengan menambahkan pengetahuan umum.
Maka akhirnya madrasah tradisional dibiarkan berjalan yang kemudian menjadi tanggung jawab ulama , tetapi disampingnya mendirikan dua sekolah pengetahuan umum: Maktebi Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umum) yang bertujuan mendidik para siswa menjadi pegawai; dan Makteby Ulum U- Edebiye (Sekolah Sastera), sekolah yang sengaja disediakan untuk menyediakan para penterjemah demi keperluan pemerintah. Adapun siswa dari kedua sekolah tersebut adalah siswa terbaik dari madrasah-madrasah tradisional.
5. Mohammad Abduh
Upaya pembaharuan di bidang pendidikan yang telah dilakukan Mohammad Ali Pasya, satu sisi telah memberi kontribusi posistif terhadap lahirnya suasana pendidikan Islam yang dinamis bahkan dari adanya pembaharuan ini pula telah banyak lahir intelektual muslim yang berwawasan luas baik pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum, namun pada sisi yang lain adanya pembaharuan pendidikan Islam telah membawa kondisi pendidikan Islam –dalam hal ini Madrasah– hanya bisa mengajarkan ilmu-ilmu keIslaman, akibatnya lulusan Madrasah hanya paham akan ilmu keIslamannya saja, dan hal ini tentu akan membawa para lulusan yang berfikiran sempit. Adanya dualisme pendidikan pada masa ini betul-betul telah menjadi kenyataan yang perlu penanganan serius.
6. Mohammad Ali Pasya
Kebijakan dan gebrakan yang diambil Mohammad Ali Pasya lebih banyak mengadopsi tata cara dan model yang dilakukan Barat. Kecendrungan ini bisa dilihat dari model dan sistem pendidikan yang diterapkan di Mesir, guru-gurunya bahkan tenaga ahli dalam rangka memajukan pendidikan pun lebih banyak di impor dari negeri barat. Ali pasya juga mengirim siswa-siswa untuk belajar ke italia, prancis, inggris, dan austria. Terobosan yang dilakukan ali pasya di mesir telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap dunia pendidikan Islam.
Ciri-ciri pendidikan Islam pada masa pembaharuan
Ada beberapa indikasi pendidikan Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide pembaharuan yaitu:
a. Pendidikan yang bersifat non klasikal, pendidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan lamanya belajar seseorang bersdasarkan tahun.
b. Mata pelajaran adalah semata-mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Tidak ada diajarkan mata pelajaran umum.
c. Metode yang digunakan adalah metode sorogan, wetonan, hafalan dan muzakarah.
d. Tidak mementingkan ijasah sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan ataun menamatkan pelajarannya.
e. Tradisi kehidupan pesantren amat dominan di kalangan santri dan kiai. Ciri dari tradisi itu adalah antara lain kentalnya hubungan antara kiai dan santri.


PENUTUP

Pendidikan Islam mengalami fase kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini pendidikan Islam mulai naik dengan beberapa tokoh yang menjadi pelopor. Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan adalah dalm rangka untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor di berbagai daerah seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Pembaharuan di Turki, dan tokoh pembaharu yang lainnya
Adapun mereka mengemukakan tema kebangkitan dengan opini / ide dasar yaitu:
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-Qur’an dan Hadist, dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.
Terjadinya tiga pola pembaharuan pemikiran pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut yaitu:
a. Pola pembaharuan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat.
b. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
c. Usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.

DAFTAR PUSTAKA

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pambaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, cetakan kesembilan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
http://punyahari.blogspot.com/2009/09/pembaharuan-pendidikan-Islam.html
http://www.hardja-sapoetra.co.cc/2010/03/judul-pendidikan-Islam-pada-masa.htm

Download Power Point disini

0 komentar:

Posting Komentar