Selasa, 11 Mei 2010 | By: oyil-5225.blogspot.com

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

Oleh: Khoiril Mawahib

Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang perlu digarisbawahi adalah meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Artinya:Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa (QS 49: 13).

Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan.

Muhammad Al-Ghazali, salah seorang ulama besar Islam kontemporer berkebangsaan Mesir, menulis: "Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan perempuan menikmati keistimewaan dalam bidang materi dan sosial yang tidak dikenal oleh perempuan-perempuan di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan-perempuan Barat dewasa ini, asal saja kebebasan dalam berpakaian serta pergaulan tidak dijadikan bahan perbandingan”. 

Hak-Hak Perempuan

Agama Islam menempatkan perempuan menjadi mitra setara (partisipatif) bagi jenis laki laki. Dan lelaki menjadi pelindung wanita (qawwamuuna 'alan nisaa'). Lahiriyah dan bathiniyah (fisik dan mental) satu sama lain memiliki kelebihan pada kekuatan, badan, fikiran, keluasaan, penalaran, kemampuan, ekonomi, kecerdasan, ketabahan, kesigapan dan anugerah (QS. An Nisa' 34).

Al-Quran berbicara tentang perempuan dalam berbagai ayatnya. Pembicaraan tersebut menyangkut berbagai sisi kehidupan. Ada ayat yang berbicara tentang hak dan kewajibannya, ada pula yang menguraikan keistimewaan-keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah agama atau kemanusiaan.

Secara umum surat Al-Nisa' ayat 32, menunjuk kepada hak-hak perempuan:
Artinya:Bagi lelaki hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya dan bagi perempuan hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya.

Secara moral, perempuan punya hak utuh menjadi IBU = Ikutan Bagi Umat. Masyarakat baik lahir dari Ibu baik, dengan relasi kemasyarakatan pemelihara tetangga dan perekat silaturrahim.

Dalam Ajaran Islam, penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah (konsep tauhidullah). Bersyukur kepada Allah, berterima kasih (penghormatan) kepada Ibu, diwasiatkan sejalan untuk seluruh manusia, menjadi disiplin hidup yang tidak boleh diabaikan dan tidak dibatas oleh adanya perbedaan anutan keyakinan. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat QS. 31, Luqman : 14-15). 

Dalam alih generasi, perempuan menjadi pembentuk generasi berdisiplin. Dari rahim Ibu lahir manusia bersih menurut fithrah beragama tauhid. Pembinaan sisi keyakinan agama dan kebiasaan hidup istiadat dan budaya amat penting membantu meraih keberhasilan pendidikan generasi berakhlak Islami. 

Konsep Islam, “dibawah telapak kaki perempuan, terbentang jalan keselamatan (Sorga)”. Kebahagiaan menanti setiap insan yang berhasil meniti jalan keselamatan yang diajarkan perempuan dengan baik, penuh kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi. 

Hak Wanita Dalam Islam Mengenai Pendidikan

Al-Qur'an dan Hadis Nabi mewajibkan muslim baik laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pengetahuan dan pendidikan. Ini adalah tugas bagi setiap Muslim. Hadis Nabi berulang kali menekankan perolehan pendidikan dan pengetahuan untuk setiap laki-laki Muslim dan perempuan. Sebagai contoh, salah satu Hadis yang menyatakan, "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, pria atau wanita.". Hadis lain menyatakan, "Carilah pengetahuan dari dudukan ke liang kubur.". Hadis lain menyatakan bahwa, "Bapa, jika dia mendidik anaknya dengan baik, akan masuk surga. Namun lain Hadis menyatakan bahwa, "Seorang ibu sekolah. Jika ia berpendidikan, maka seluruh orang berpendidikan".

Pada awal sejarah Islam ada banyak perempuan ulama yang sangat signifikan peran di dunia Islam. Misalnya Aisyah istri Nabi, beliau adalah salah satu cendekiawan Muslim yang paling terkenal. Tidak hanya itu, ia sangat cerdas, ia memiliki memori yang luar biasa. Itulah sebabnya dia dianggap sebagai salah satu sumber yang paling penting dari Hadis. Telah dinyatakan dalam beberapa laporan Islam bahwa Nabi mengatakan kepada Muslim untuk menemui Aisyah untuk bimbingan dan tugas belajar agama. Nabi juga mengatakan kepada kaum muslimin untuk mempercayai Aisyah dalam mengajar dan dalam memberi bimbingan.

Al-Quran memberikan pujian kepada ulu al-albab, yang berzikir dan memikirkan tentang kejadian langit dan bumi. Zikir dan pemikiran menyangkut hal tersebut akan mengantar manusia untuk mengetahui rahasia-rahasia alam raya ini, dan hal tersebut tidak lain dari pengetahuan. Mereka yang dinamai ulu al-albab tidak terbatas pada kaum lelaki saja, tetapi juga kaum perempuan. Hal ini terbukti dari ayat yang berbicara tentang ulu al-albab yang dikemukakan di atas. Setelah Al-Quran menguraikan tentang sifat-sifat mereka, ditegaskannya bahwa:
Artinya:Maka Tuhan mereka mengabulkan permohonan mereka dengan berfirman: "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun perempuan..." (QS 3:195).

Ini berarti bahwa kaum perempuan dapat berpikir, mempelajari dan kemudian mengamalkan apa yang mereka hayati dari zikir kepada Allah serta apa yang mereka ketahui dari alam raya ini. Pengetahuan menyangkut alam raya tentunya berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu, sehingga dari ayat ini dapat dipahami bahwa perempuan bebas untuk mempelajari apa saja, sesuai dengan keinginan dan kecenderungan mereka masing-masing.

Rasul SAW. tidak membatasi anjuran atau kewajiban belajar hanya terhadap perempuan-perempuan merdeka (yang memiliki status sosial yang tinggi), tetapi juga para budak belian dan mereka yang berstatus sosial rendah. Karena itu, sejarah mencatat sekian banyak perempuan yang tadinya budak belian mencapai tingkat pendidikan yang sangat tinggi.

Harus diakui bahwa pembidangan ilmu pada masa awal Islam belum lagi sebanyak dan seluas masa kita dewasa ini. Namun, Islam tidak membedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya, sehingga seandainya mereka yang disebut namanya di atas hidup pada masa kita ini, maka tidak mustahil mereka akan tekun pula mempelajari disiplin-disiplin ilmu yang berkembang dewasa ini.

Dalam hal ini, Syaikh Muhammad 'Abduh menulis: "Kalaulah kewajiban perempuan mempelajari hukum-hukum agama kelihatannya amat terbatas, maka sesungguhnya kewajiban mereka untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan rumah tangga, pendidikan anak, dan sebagainya yang merupakan persoalan-persoalan duniawi (dan yang berbeda sesuai dengan perbedaan waktu, tempat dan kondisi) jauh lebih banyak daripada soal-soal keagamaan”. 

Tentunya masih banyak lagi yang dapat dikemukakan menyangkut hak-hak kaum perempuan dalam berbagai bidang. Namun, kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah bahwa mereka, sebagaimana sabda Rasul SAW., adalah Syaqa'iq Al-Rijal (saudara-saudara sekandung kaum lelaki) sehingga kedudukannya serta hak-haknya hampir dapat dikatakan sama. Kalaupun ada yang membedakan, maka itu hanyalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan Tuhan kepada masing-masing jenis kelamin itu, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain.

Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi lelaki ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bermohonlah kepada Allah dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS 4:32).

Posisi perempuan didalam Islam ada dalam bingkai yang menjadi sumber sakinah yakni bahagia dan ketenangan. Disini di tuntut sifat kreatif, ulet, tabah, sabar, teguh, konsistensi, jujur, hanif dan mampu menghidangkan keindahan dalam rumah tangga, seperti sudah dipesankan Nabi Muhammad SAW,

Allah itu indah dan sangat menyenangi keindahan



0 komentar:

Posting Komentar